Karya
Lampu Gantung dari kardus
Dengan memanfaatkan kardus bekas, kamu bisa membuat kerajinan tangan lampu gantung.
Kerajinan tersebut bisa kamu jadikan hiasan di rumah sehingga membuat rumah kamu terlihat lebih menarik.
Membuat lampu gantung ini tidak terlalu sulit jika kamu mengikuti langkah-langkah dalam membuat lampu gantung ini.
Selain itu, bahan dan peralatan rule dibutuhkan dalam membuat kerajinan tangan kardus berbentuk lampu gantung ini cukup mudah didapatkan dan bahkan mungkin kamu sudah memiliki bahan dan peralatannya.
Sehingga kamu hanya perlu untuk meluangkan waktu untuk membuat kerajinan tangan berbentuk lampu gantung ini.
Langsung saja bagi kamu berminat untuk membuat kerajinan tangan kardus berbentuk lampu gantung, berikut ini bahan dan peralatan yang dibutuhkan serta cara pembuatannya.
Bahan dan Peralatan yang Dibutuhkan:
Kardus bekas
Lem tembak
Lampu
Tempat lampu
Kabel
Penggaris
Pensil
Cat semprot
Cara Membuat Lampu Hias dari Kardus Bekas
Langkah pertama adalah memotong kardus.
Kardus sudah disiapkan sebelumnya dipotong dengan ukuran panjang 60cm dan lebar 21cm.
Bisa saja kamu memotong sesuai ukuran kamu sendiri.
Langkah kedua adalah mengecat kardus. Gunakan cat warna putih untuk permukaan kardus.
Permukaan kardus di cat hanya satu sisi saja dan permukaan di cat dijadikan warna dalam.
Tujuannya adalah gum cahaya lampu nantinya bisa bersinar terang.
Langkah ketiga adalah melipat kardus menjadi segilima.
Ingat, sisi dalam kardus berwarna putih dan sisi luarnya warna kardus asli.
Setelah kardus di lipat menjadi segilima, potong-potong kardus yang membentuk segilima tersebut menjadi banyak. Cara mudah memotongnya adalah dengan membentangkan lagi kardus tersebut, lalu dipotong.
Setelah dipotong, lipat kembali kardus yang sudah dipotong tersebut menjadi segilima.
Gunakan lem gum lipatan kardus tidak kembali lagi.
Susun kembali potongan kardus segilima tersebut dengan posisi berlawanan satu kardus ke kardus lainnya.
Gunakan lem agar melekat kuat.
Langkah selanjutnya adalah membuat lembaran kardus berbentuk segilima. Hal ini berfungsi untuk tempat meletakkan lampu. Buat lubang di bagian tengah kardus berbentuk segilima tersebut, lalu pasang tempat untuk lampunya beserta kabelnya.
Gabungkan lembaran kardus yang berbentuk segilima dengan potongan kardus yang disusun sebelumnya.
Proses membuat lampu hias iranian kardus sudah selesai. Kamu bisa menggunakan lampu hias tersebut di foetus atau di ruang tamu rumah.
Pondasi pendampingan bisnis
Tidak perlu semuanya minta Saya jadi komisaris perusahaannya. Saya waktunya terbatas. Kapasitasnya pun terbatas. Diluar sana, banyak yang hebat-hebat ilmunya. Dan mungkin lebih pas menamani direksi Anda mengeksekusi bisnis.
Tentang pola pendampingan Saya di D’ninis Bakery Kota Wisata Cibubur, konsep dasarnya akan Saya share terbuka, silakan saja diterapkan di bisnis nya masing-masing.
Berikut pola pendekatan yang Saya terapkan.
Pada langkah pertama, Saya membangun kesepakatan dengan owner terlebih dahulu. Apakah sang pemilik siap bertumbuh atau tidak? Apakah benar-benar serius untuk membangun bisnis melebihi kepentingan pribadinya? Ini penting bagi Saya. Jika tidak, kita tidak akan kemana-mana.
Pada langkah kedua, Saya meminta organisasinya melakukan audit terbuka pada kondisi keuangannya. Hal ini sering Saya ajarkan di program Pelatihan Financial Literacy yang sudah saya sederhanakan. Bahkan lengkap Saya ajarkan di http://melekfinansial.co
Audit terbuka ini berfungsi sebagai medical check up perusahaan. Kondisi perusahaan harus benar-bemar diukur secara kuantitatif melalui angka-angka yang lahir dari kondisi real di lapangan. Dan laporan keuangan inilah yang benar-benar menjadi ukuran sebenarnya dari kondisi bisnis.
Langkah yang ketiga adalah membangun kesadaran operasional harian. Di D’ninis Bakery, Saya memaksa para direksi untuk mengikuti detak operasional harian. Angka-angka penjualan yang tercipta setiap hari, angka pembelian, angka biaya, dan seterusnya.
Harus dirasakan setiap hari.
Harus ditatap setiap hari.
Harus diikuti setiap hari.
Cukuplah seorang pelaksana bisnis merasakan detak bisnis harian, untuk kemudian menemukan pola, cara, pendekatan, dan banyak lagi temuan yang paling pas untuk bisnisnya.
Disini sebenarnya kekuatan sederhana yang bisa Anda terapkan pada bisnis Anda masing-masing.
Ikuti gerak angka bisnis Anda dalam skala harian. Secara tidak langsung, Anda akan sadar, apakah penjualan Anda sudah layak atau tidak. Lalu secara tidak langsung, Anda akan menyadari biaya-biaya yang sebenarnya menggembosi bisnis Anda.
Intinya, angka-angka yang Anda lihat akan MENUNTUN Anda ke ide strategi yang harus dieksekusi.
Tinggal disiplin.
Tinggal dilaksanakan.
Tinggal dipakai.
Begitu ya….
Saya senang nulis bisnis, Saya senang ngajarin hal-hal sederhana yang mungkin bermanfaat untuk sahabat pengusaha.
By Rendy Saputra
Menjual Rumah dan Tanah
Dari Said bin Huraits -radliyallahu anhu- berkata, Rasulullah -shallallahu
alaihi wa sallam- bersabda:
( مَنْ بَاعَ دَارًا أَوْ عَقَارًا فَلَمْ يَجْعَلْ ثَمَنَهَا فِي مِثْلِهِ كَانَ قَمِنًا أَنْ لَا يُبَارَكَ لَهُ فِيهِ )
“Barang siapa menjual rumah atau tanah, kemudian tidak menggunakan hasil penjualannya itu untuk membeli yang sejenisnya, maka dia tak layak mendapatkan berkah padanya” (HR. Ahmad, hadits hasan).
Aslinya, bumi itu dicipta oleh Allah -taala, diberkahi dan ditentukan padanya makanan-makanan bagi penghuninya (QS. Fushilat: 10). Karena itulah, menurut Abu Ja
far al Thahawi -rahimahullah, orang yang menjual tanah berarti menjual apa yang diberkahi oleh Allah. Bila hasil penjualan itu dirupakan selain tanah, maka berarti mengganti sesuatu yang diberkahi dengan yang tidak diberkahi.
Menurut Abdullah Ibrahim al Lahiidan, Guru Besar Fakultas Dakwah Jamiah al Imam, bahwa fiqih merupakan bekal bagi muslim dalam berinteraksi dengan harta dan bisnis. Fiqih yang dimaksud bukan hanya fiqih hukum yang berbicara tentang halal-haram, tapi juga fiqih tentang sunnatullah dalam untung-rugi, dan fiqih tentang pengalaman masa lalu.
Hadits yang diriwayatkan oleh Said bin Huraits di atas bicara tentang fiqih-fiqih itu. Al Qursyi -rahimahullah- menulis dalam Al Kharaj bahwa Usman bin Madhun -radliyallahu anhu- berkata, “Aku dapati apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab bahwa dalam Taurat tertulis ‘barang siapa menjual tanah dan tidak menjadikan hasil penjualan itu untuk membeli yang semisalnya, maka dia tak diberkahi.
Fiqih sunnatullah dalam untung-rugi, dijelaskan oleh Mula Ali al Qari -rahimahullah, yang berpendapat bahwa tidak dianjurkan menjual tanah atau rumah yang kemudian hasil penjualannya digunakan untuk membeli barang bergerak. Karena barang tak bergerak (tanah, rumah) memiliki banyak manfaat dan kecil risiko, kecil kemungkinan dicuri atau dirampas orang, berbeda dengan barang bergerak. Karenanya, lebih baik bila (tanah, rumah) tak dijual. Seandainya dijual lebih baik hasil penjualannya dirupakan yang semisalnya.
Adapun hukum yang dikandung, bahwa hadits ini tidak menunjukkan haramnya menjual tanah dan rumah, tapi berisi targhib (motivasi, dorongan) untuk mengelola tanah dan menjadikannya produktif. Hukum menjual tanah atau rumah ini berbeda-beda menurut situasi dan kondisi yang melatarinya.
Bagi yang memiliki tanah lebih atau rumah lebih dari yang dibutuhkan untuk diri dan keluarganya, tak mengapa menjualnya, demikian pula bila hasil penjualan itu digunakan untuk membeli yang sejenis.
Tetapi, bila seseorang sangat membutuhkan rumah atau tanah, kemudian ia menjual satu-satunya rumah yang ia butuhkan, tapi tidak menggunakan hasil penjualan itu untuk membeli yang sejenis, maka tak diberkahi.
Dan bila ia menjualnya untuk melunasi tanggungan hutangnya, maka yang demikian dibolehkan dan tidak termasuk dalam pengertian hadits di atas.
Dalam shahih Al Bukhari diriwayatkan bahwa Zubair bin Awwam -radliyallahu anhu- memiliki tanggungan hutang yang besar, disamping properti yang dimilikinya juga banyak. Saat beliau wafat, sebagian rumah dan tanahnya dijual untuk melunasi hutang dan tanggungannya.
Wallahu a`lam bisshawab
Ngobrol Yang Menentramkan Hati
Beberapa waktu yang lalu saya mengalami kejenuhan yang luar biasa, ditambah gelisah dan munculnya emosi-emosi negatif yang sangat menguras energi. Kesibukan dan rutinitas yang bertambah membuat hati semakin gundah.
Saya pun menyadari, bila hal ini berlangsung lama maka bisa merusak banyak hal, ibarat mesin sudah sangat panas, bila tidak didinginkan bisa terbakar.
Solusi yang murah, mudah dan jitu untuk hal tersebut di atas bagi saya adalah NGOBROL.
Pertama, saya ngobrol pada diri sendiri. “Jamil, kehidupan seperti inikah yang kamu harapkan? Adakah cara lain yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan kualitas hidupmu? Bagaimana kamu bisa meningkatkan kualitas komunikasimu dengan istri dan anakmu? Apa hal-hal yang patut kamu syukuri dalam hidupmu? Dan obrolan panjang pun berlangsung lama meski hanya imajiner.
Kedua, saya ngobrol dengan istri. Habisnya tiket pesawat ke Jogja membuat saya memutuskan untuk membawa kendaraan sendiri karena pentingnya acara di Sentolo Jogja. Saya perlu menemui 34 future leader (santri) Tahfizh Leadership yang sedang belajar properti dengan ahlinya
Sepanjang 10 jam perjalanan ke Jogja membuat saya leluasa bisa ngobrol dengan istri saya. Obrolan mendalam dengan istri di lanjutkan di Jakarta. Hati menjadi lapang, gundah gulana entah pergi kemana.
Dan puncak obrolan ternikmat adalah saat saya ngobrol atau mengadu kepada Allah. Saya adukan berbagai permasalahan yang saya hadapi dengan penuh penghayatan, penuh kesungguhan disertai permohonan agar Allah swt menolong, membantu dan membimbing saya.
Ajaib, setelah sering ngobrol dengan Allah swt diberbagai waktu dan tempat yang berbeda ternyata banyak hal yang tuntas dengan sendirinya. Solusinya tanpa diduga, tanpa disangka datang dari berbagai penjuru.
Nikmat Tuhanmu manakah yang engkau dustakan?
Ya, ngobrol dengan diri sendiri, ngobrol dengan istri dan ngobrol dengan yang menguasai hati (Allah swt) itu menentramkan hati dan menghadirkan banyak solusi.
Cobalah, karena hanya yang melakukan yang bisa merasakan.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
Mau Menjadi Inovatif?
Di era distruptif saat ini ada dua pilihan: inovatif atau mati. Orang yang sudah hidup di atas rata-rata pun perlu semakin inovatif apalagi yang rata-rata dan di bawah rata-rata. Begitu pula perusahaan besar yang tidak inovatif bersiap keluar dari kompetisi atau gulung tikar. Clayton Cristensen, seorang pakar bisnis dari Harvard menyatakan “perusahaan yang sering tersandung dalam era distruptive justeru perusahaan yang sudah mapan. Mereka gagal berinovasi secara cepat.”
Kabar baiknya, kemampuan inovatif ternyata bisa dilatih dan dikembangkan. Menurut penelitian Insead Business School, ada lima keahlian yang perlu dilatih agar seseorang menjadi inovatif. Pertama, associating.Berlatihlah untuk menghubungkan titik-titik yang terpisah menjadi satu ide yang inovatif. Steve Jobs mengatakan “connecting dot” hidup itu menghubungkan satu titik dengan titik lainnya. Sesuatu yang semula terlihat berdiri sendiri namun bisa dipadukan menjadi satu kekuatan yang dahsyat.
Kedua, observing. Biasakan untuk melakukan pengamatan secara mendalam dan intensif terhadap sekitar. Nadiem Makarim mengamati trend teknologi dan kebutuhan masyarakat sekitar menghasilkan aplikasi Go-jek yang sangat fenomenal dan mampu memudahkan persoalan yang dihadapi orang.
Ketiga, experimenting. Berlatihlah untuk terus melakukan uji coba, tidak perlu takut gagal. Bila ternyata belum berhasil coba lagi. Mencoba hal-hal yang baru itu menantang dan mengasyikkan. Uji coba yang gagal itu memberikan pengalaman berharga yang sangat sulit ditemukan dibangku kuliah.
Keempat, questioning. Banyaklah bertanya saat melakukan obeservasi dan uji coba. Orang yang banyak bertanya dan tidak malu bertanya akan lebih kreatif dibandingkan orang yang enggan bertanya. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang powerfull maka hal-hal baru akan banyak bermunculan. Rasa ingin tahu dan kritis terhadap satu hal akan mengasah daya inovasi kita.
Kelima, networking. Bersosialisasilah dengan banyak orang yang beragam latar belakang dan profesinya. Diskusi-diskusi ringan dan non formal akan mengundang ide-ide baru yang semula belum terpikirkan. Jangan menjadi orang yang “kuper” alias kurang pergaulan. Perluas terus jejaring Anda.
Mau semakin inovatif? Coba praktekkan secara kontinyu lima hal tersebut di atas.
Salam SuksesMulia
Jamil Azzaini
CEO Kubik Leadership
Founder Akademi Trainer
Inspirator SuksesMulia
Filosofi rollercoaster dan bangku taman
Setiap orang pasti diuji dengan musibah. Karena dunia adalah negeri ujian (darul bala), sedangkan akhirat adalah negeri balasan (darul jaza). Bahkan pada satu titik tertentu, kita terkadang tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi musibah tersebut.
Jika apa yang sedang kita hadapi itu sudah demikian kalut, maka ingatlah prinsip rollercoaster berikut ini. Bayangkan ada sebuah taman yang asri dan indah. Di tengah-tengah taman nan elok itu terdapat sebuah bangku bagi mereka yang hendak duduk menikmati hijaunya taman.
Sedangkan di taman itu juga ada wahana rollercoaster yang sangat menegangkan. Apabila kita duduk di atas bangku rollercoaster dapatkah kita menyaksikan keindahan taman? Tentu saja tidak, karena dengan kecepatan laju hingga 360 km/jam yang ada hanya kalut, ngeri, dan menegangkan.
Dalam perumpamaan di atas, rollercoaster adalah masalah yang kita hadapi. Sedangkan taman adalah solusinya. Jika kita terus saja duduk di bangku rollercoaster, (dalam arti terus saja memikirkan masalah), maka tak mungkin kita bisa melihat taman. Artinya, tak mungkin melihat solusi.
Agar solusi bisa kelihatan, maka kita harus duduk di bangku taman, bukan di bangku rollercoaster. Artinya, kita harus tenang, damai, dan yakin sepenuhnya kepada Allah.
Demikianlah, ternyata pertolongan Allah hadir setelah adanya ketenangan (sakinah). Filosofi rollercoaster ini yang diajarkan guru kita, Ustaz Nasrullah, dalam buku beliau Rahasia Magnet Rezeki.
Bahwa ketenangan adalah awal dari pertolongan Allah bersumber dari kisah Rasulullah dan Sahabat Abu Bakar saat bersembunyi di gua Tsur dalam perjalanan hijrah.
Sahabat Abu Bakar begitu kalut dengan situasi itu, khawatir para pengejar akan mengetahui keberadaan mereka. Namun solusi Rasulullah begitu sederhana, yaitu tenangkan hati dan yakin bahwa Allah bersama mereka. Kisah ini diabadikan Al-Quran dalam Surat At-Taubah ayat 40,
إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
Ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengusirnya sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan sakinah (ketenangan) kepadanya dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya.
Pada akhirnya, Rasulullah dan Sahabat Abu Bakar tiba di Madinah dengan selamat. Alangkah besarnya pelajaran yang dapat kita petik dari ayat di atas. Ternyata solusi dari permasalahan kita adalah keluar dari bangku rollercoaster dan duduklah di bangku taman dengan sakinah. Sesederhana itu.
Salam Hijrah.
:alarm_clock: Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!