Skip to content Skip to left sidebar Skip to footer

Tinjauan Historis Ramadhan

Dahulu saya mengira bahwa sebelum lahirnya agama Islam, bulan Ramadhan itu tidak ada. Rupanya perkiraan saya kurang tepat karena bulan bernama Ramadhan memang sudah dikenal masyarakat Arab sebelum Islam.

Hanya saja begitu Islam datang, bulan Ramadhan terpilih oleh Allah menjadi bulan mulia dengan diwajibkannya puasa fardhu, dan disunnahkannya shalat tarawih yang khusus adanya di bulan itu.

Tetapi inipun ternyata masih kurang tepat setelah saya belajar Sirah Nabawiyah. Secara historis surat Al-Qadar yang menerangkan kemuliaan bulan Ramadhan, itu turun pada periode Mekkah. Padahal puasa fardhu baru diwajibkan pada tahun kedua hijrah ke Madinah.

Artinya, Ramadhan bertahun-tahun sebelumnya memang sudah mulia tanpa puasa dan tarawih! Sungguh saya merasa rugi sekali baru mengetahui hal ini sekarang. Maka pertanyaannya adalah, kalau bukan karena puasa dan tarawih lantas karena apakah bulan Ramadhan itu istimewa?

Saya dibuat terkejut demi mengetahui jawabannya. Karena hal yang membuat Ramadhan terhormat itu ternyata Al-Qur’an.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”

(Surat Ad-Dukhan: 3)

Mari kita rangkum lagi benang merah dari semua ini. Bahwa pada saat Rasulullah di Mekkah, diturunkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Kemudian malam turunnya Al-Qur’an itu menjadi malam yang mulia (lailatur qadar).

Otomatis jadilah Ramadhan itu mulia karena Al-Qur’an dan karena lailatul qadar tersebut. Selanjutnya di Madinah disempurnakanlah kemuliaan bulan Ramadhan dengan adanya puasa dan tarawih. Luar biasa!

Akhirnya, semua pembahasan di atas mengajak kita untuk berbesar hati. Meskipun Ramadhan telah pergi, tetapi Al-Qur’an tetap tinggal di tengah-tengah kita semua. Maka sesungguhnya kita masih bisa menikmati Ramadhan kapan saja, yaitu dengan menyibukkan diri pada tilawah Al-Qur’an.